,
Jakarta
–
Slow travel
Saat ini sedang populer sebagai pilihan bagi pelancong. Perjalanan jenis ini melibatkan peninjauan suatu lokasi selama periode waktu yang panjang, bertujuan untuk berinteraksi dengan adat istiadat serta gaya hidup masyarakat lokal.
Baru-baru ini, situs web perjalanan digital Agoda juga menyatakan tujuh belas tempat wisata utamanya.
slow travel
Di Asia. Urutan kedua dalam daftar itu adalah Kalegowa dari Indonesia, yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kawasannya mencakup padang rumput bertingkat, bukit-bukit, dan arus sungai. Keunikan lokal dengan berbagai makna filsafati turut mempesona tempat ini.
Kalegowa terletak kira-kira 10 kilometer jauhnya dari pusat Kota Makassar. Wilayah tersebut ada di area pegunungan, hanya 6 kilometer dari tepian Sungai Jeneberang yang berada di sisi utara. Tempat ini bisa dicapai dalam waktu kurang lebih 30 menit jika Anda bepergian menggunakan mobil sendiri atau moda transportasi publik.
Menjelajahi sejarah dan budaya
Untuk para penggemar sejarah, tidak jauh dari Kalegowa terletak tempat bersejarah Benteng Somba Opu yang sudah ada sejak masa abad ke-16. Informasi ini seperti dikutip dari halaman web tersebut.
Indonesia Kaya
Benteng ini dibangun oleh Raja Gowa IX, Kareng Tu Mapa’risi Kallona. Dengan luas area hingga 15 hektare dan ketinggian antara 7 sampai 8 meter.
Dalam benteng ini, terdapat Museum Karaeng Pattingalloang. Museum tersebut dinamai menurut nama seorang intelektual yang tinggal pada zaman Kesultanan Gowa. Tempat ini menyimpan bermacam-macamperalatan yang dulu dipakai untuk merancang dan membangun Benteng Somba Opu. Selain itu, ada juga kumpulan perlengkapan rumah tangga tradisional, pakaian adat, serta senjata-senjata.
Penduduk mengabadikan momen dengan memotret diri mereka di area Istana Balla Lompoa (Hunian Agung) di wilayah kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, pada hari Rabu tanggal 27 Oktober 2021. Istana Balla Lompoa ini dibangun oleh pemerintahan Raja Gowa ketiga puluh satu pada tahun 1936 dan saat ini digunakan untuk menyimpan barang-barang bersejarah termasuk tombak, senjata api tua, mahkota, dokumen bertuliskan huruf Lontara, pakaian adat serta hiasan-hiasan yang merupakan warisan Kerajaan Gowa. Bangunan tersebut juga dikenali sebagai destinasi wisata historis utama di daerah Gowa. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Di samping mengunjungi benteng, jangan lupa mampir ke Museum Balla Lompoa guna mempelajari lebih lanjut tentang asli dari bangunan tradisional tersebut.
Bugis
Rumah panggung berkolom tinggi dengan atap bergaya pelana yang menjulang tajam dan kelihatan runcing. Strukturnya dibuat dari bahan kayu sementara atapnya dilapisi dengan daun rumbia.
Coto Makassar
Jangan lewatkan kesempatan merasakan kelezatan Coto Makassar di area tersebut. Pada wawancara
RRI
Dalam perbincangan dengan sejarawan Andi Suriadi Mappangara, diketahui bahwa Coto Makassar mulai populer selama era konflik berkat kemampuannya untuk disajikan dalam jumlah besar. Isian daging kerbau menjadi pilihan utamanya karena lebih mudah didapatkan di daerah Sulawesi Selatan zaman dahulu. Oleh karena itu, hidangan tradisional dari sulawesi Selatan ini sering kali dipandang sebagai tanda persaudaraan antar warga setempat.
Pertama kali, kuah Coto Makassar dimasak memakai air beras berserta terasi. Saat ini telah tersedia dua variasi kuah Coto Makassar: yang jernih dan juga yang pekat, dengan penambahan bumbu tambahan semacam kacang tanah serta telur, di antara hal-hal lainnya. Kelezatan kuah berawal dari campuran seribu bumbu tradisional. Dahulu, sebelum dinikmati, orang-orang kebiasaannya mencampurnya dengan ballo (minuman keras lokal) ataupun cuka demi menghasilkan sentuhan rasa masam. Akan tetapi, saat ini sudah digunakan irisan jeruk nipis sebagai pengganti agar lebih segar.
MUHAMMAD RIFAN PRIANTO