Para peziarah haji asal Indonesia terus tiba di Tanah Suci sejalan dengan pelaksanaan serangkaian ibadah haji tahun Hijriyah 1446 dan Miladiyah 2025. Sekarang ini, rombongan kedua yang berasal dari beberapa tempat penumpuan akan turun secara bertahap di Bandara Internasional King Abdulaziz, Jeddah.
Menurut informasi yang diperbaharui oleh Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Departemen Agama pada hari Kamis tanggal 22 Mei 2025 jam 08:42 Waktu Indonesia Bagian Barat, ada 111.317 jemaah haji yang sudah sampai di kota Mekkah. Angka ini melibatkan kombinasi antara rombongan pertama dan kedua, dengan keseluruhan berjumlah 287 pesawat terbang atau biasa disebut sebagai kloter.
Saat ini, total 140.258 jemaah haji diketahui sudah sampai di Arab Saudi. Perlu dicatat bahwa dari jumlah tersebut, 30.575 orang merupakan jemaah yang berusia lanjut.
Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah jamaah haji yang telah sampai di Arab Saudi mencakup 360 kloter atau 68,57% dari keseluruhan 525 kloter yang direncanakan untuk menjalankan ibadah haji pada tahun ini. Dengan mempertimbangkan total kuota jamaah haji Indonesia yaitu 203.320 orang, kemajuan berangkatannya saat ini telah melebihi separuhnya menjadi 68,98%.
Sejalan dengan hal tersebut, Petugas Pelaksana Ibadah Haji (PPIH) dari Kemenag menasihati calon jamaah haji asal Indonesia agar lebih teliti saat mempersiapkan dan membungkus barang-barang mereka sebelum pergi ke Arab Saudi. Nasihat ini diberikan setelah pihak berwenang di Arab Saudi mendapati beberapa tas jamaah yang telah dibuka lantaran dianggap mencurigakan.
“Hari ini, sebuah koper jemaah perlu diurai lantaran dibaluti erat menggunakan lakban. Sesudah diperiksa, isi koper itu cuma berisi camilan kering. Akan tetapi, sebab pembungkaannya begitu rapat, petugas menjadi curiga,” ungkap Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Bandara, Abdul Basir, pada hari Kamis (22/5/2025).
Abdul Basir menyatakan bahwa membungkus bagasi dengan rapi dan teratur merupakan hal yang sangat krusial ketika berangkat haji. Sebab, jika pembungkusan dilakukan secara sembarangan, malah dapat menunda alur layanan di Bandara sehingga para jemaah mungkin harus menunggu lebih lama.
“Bandara terkenal dengan proses pemeriksaan. Apabila kemasan tidak memenuhi standar, dapat menyebabkan masalah. Jamaah yang semestinya tiba di Mekkah dengan cepat berpotensi mengalami penundaan,” jelasnya.
Di samping itu, Abdul Basir mengatakan bahwa pelayanannya untuk jamaah haji di bandara telah menjadi jauh lebih efisien, termasuk melalui program tersebut.
fast track
Baik melalui jalur reguler pun demikian. Saat ini, proses keimigrasian, pemeriksaan, serta pengalihan penumpang ke bus yang akan menuju Makkah menjadi lebih efisien berkat adanya kerjasama baik antara PPIH dengan otoritas di Arab Saudi.
“Untuk jemaah
fast track
, durasi pelayanannya hanya kira-kira 20 menit. Bagi yang bukan non-صندキャンペ
fast track
, batas waktu menunggunya tidak melebihi satu jam. Ini merupakan peningkatan yang sangat besar,” ujarnya.
Walaupun begitu, ia menekankan bahwa manfaat maksimal dari layanan tersebut baru dapat terwujud apabila para jamaah juga taat mematuhi peraturan. Menurutnya, calon jamaah haji diminta untuk sudah mengenakan pakaian ihram sebelum sampai di bandara Arab Saudi.
“Jika belum berihram, masih ada waktu untuk mengganti pakaian nantinya. Hal ini dapat memperlama proses,” jelas Abdul Basir.